Harga Pangan Pascakebaran 2025 Stabil, Cabai Turun, Stok Beras Tertinggi Sepanjang Sejarah

Salah satu sorotan utama adalah harga cabai rawit merah yang sempat mengalami lonjakan akibat cuaca buruk dan minimnya suplai dari petani. Namun, Arief mengungkapkan bahwa saat ini harga tersebut sudah mulai menurun seiring dengan berlalunya puncak permintaan saat lebaran. Hal ini mencerminkan bahwa pasar telah mulai menyeimbangkan diri kembali.
Baca Juga:
Data dari Panel Harga Badan Pangan Nasional menunjukkan bahwa rata-rata harga nasional cabai rawit merah per 4 April 2025 berada di angka Rp86.135 per kilogram, turun 7,87% dibandingkan harga pada 2 April sebesar Rp93.492 per kilogram. Cabai merah keriting juga mengalami penurunan yang cukup signifikan, dari Rp67.297 per kilogram menjadi Rp61.583 per kilogram atau turun 8,49%.
Meski demikian, Arief mengakui bahwa harga cabai saat ini masih berada di atas Harga Acuan Penjualan (HAP) sesuai Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 12 Tahun 2024. Namun, tren penurunan harga ini dianggap sebagai langkah awal yang positif, dan pemerintah berkomitmen untuk terus menekan harga agar kembali ke tingkat ideal.
Sementara itu, kondisi beras nasional dinyatakan aman dan sangat mencukupi. Stok beras di gudang-gudang Perum Bulog saat ini tercatat mencapai 2,1 juta ton, sebuah rekor tertinggi dalam sejarah pengelolaan pangan nasional. Di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), yang biasanya hanya memiliki stok sekitar 40.000 ton, kini tercatat stoknya meningkat hingga 48.000 ton.
Tak hanya itu, Bulog juga mencatat kinerja penyerapan gabah petani yang luar biasa. Hingga awal April, Bulog telah berhasil menyerap 711 ribu ton gabah, atau 23% lebih tinggi dari target bulanan. Capaian ini merupakan hasil kerja keras di lapangan dan bentuk nyata dari instruksi Presiden agar tidak ada hasil panen petani yang terbuang atau tidak terserap pasar.
"Bulog sangat luar biasa karena sudah menyerap 711 ribu ton. Ini lebih dari 23% dari target, dan kita semua harus terus bekerja agar gabah petani tidak terbuang sia-sia," tegas Arief.
Untuk menjaga kestabilan harga pangan ke depan, terutama cabai yang dikenal volatil, pemerintah juga mulai menerapkan solusi berbasis teknologi. Salah satu strategi yang kini digalakkan adalah penggunaan greenhouse (rumah kaca) dalam budidaya tanaman hortikultura, termasuk cabai. Teknologi ini memungkinkan pertanian lebih tahan terhadap cuaca ekstrem yang kerap menjadi penyebab utama gagal panen.
"Greenhouse sangat relevan kita terapkan agar pertanaman cabai tidak terganggu cuaca. Bahkan, cabai bisa dipanen hingga 20 kali, dan lahannya pun tidak perlu besar untuk bisa berproduksi secara maksimal," tambah Arief.
Dengan penerapan teknologi pertanian modern dan penyerapan hasil petani yang agresif, pemerintah optimistis bahwa ketersediaan pangan ke depan akan lebih terjamin, harga akan lebih stabil, dan kesejahteraan petani juga semakin meningkat. Semua ini menjadi sinyal positif bagi masyarakat bahwa sistem pangan nasional berjalan ke arah yang lebih baik dan adaptif terhadap tantangan zaman.
Tulisan ini bukan hanya menjadi laporan kondisi pasar, tetapi juga memberikan edukasi tentang pentingnya inovasi pertanian dan peran aktif negara dalam menjaga ketahanan pangan. Dalam dunia yang makin tidak pasti akibat perubahan iklim dan fluktuasi ekonomi global, strategi semacam ini menjadi pilar penting bagi masa depan pangan Indonesia.

Harga Emas Tiba-Tiba Anjlok, Ini 5 Faktor Utama Penyebabnya dan Prediksi ke Depan

Libur Lebaran Sepi Wisatawan, Okupansi Hotel di Daerah Wisata Anjlok Tajam

Menemukan Rumah Impian: Tips Membeli Rumah Modern yang Nyaman dan Berkualitas

Indeks Keyakinan Konsumen Turun Dua Bulan Berturut-turut, Daya Beli Masyarakat Rendah

Polrestabes Medan Beri Penghargaan 56 Personel Atas Pengungkapan Kasus Besar
