Cek Penyakit via Chat GPT, Kemenkes: Awas Menyesatkan!

Itulah sebab, melansir berbagai sumber, Jumat (3/1/2025), Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta masyarakat bijak saat menggunakan Artificial Intelligence (AI) seperti Chat GPT dan chatbot AI.
Baca Juga:
Chief of Technology Transformation Office (TTO) Kemenkes RI, Setiaji, mengatakan bahwa teknologiAI beroperasi berdasarkan algoritma yang menggeneralisasi data untuk menghasilkan jawaban yang paling mungkin terjadi.
Dengan kata lain, dalam konteks klinis, gejala serupa dapat berasal dari berbagai penyakit.
"Misalnya, batuk dan demam bisa merupakan indikasi flu biasa, COVID-19, atau kondisi serius lainnya seperti pneumonia," kata Setiaji.
AI pun memberikan jawaban tanpa ada pemeriksaan fisik dan laboratorium sehingga diagnosis AI bisa saja tidak tepat.
"Tanpa pemeriksaan fisik, tes laboratorium, dan analisis kontekstual lebih lanjut oleh dokter, diagnosis yang dihasilkan AI tersebut bisa saja menyesatkan," tegas Setiaji.
Setiaji mengatakan bahwa kerap jawaban yang diberikan AI begitu meyakinkan. Namun, AI tidak mampu mempertimbangkan kompleksitas faktor yang memengaruhi kondisi kesehatan individu.
"Masyarakat juga harus waspada dan kritis, tidak semua jawaban yang dihasilkan oleh chatbot berbasis AI akurat atau relevan untuk setiap situasi klinis," kata Setiaji.
Maka dari itu, Setiaji mengingatkan bahwa penggunaan AIkesehatan hanya untuk informasi awal. Jika sakit, tetap ke tenaga medis profesional untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
"Ini menekankan pentingnya untuk tidak terlalu bergantung pada jawaban yang diberikan oleh AI tanpa melakukan verifikasi lebih lanjut," jelasnya.
Juru Bicara Kemenkes, Widyawati, pun mengatakan penggunaan teknologiAI untuk akses informasi kesehatan hanya sebagai pelengkap.
"Chat GPT dan chatbot AI sejauh ini bisa dianggap sebagai pelengkap, tetapi belum dapat menggantikan peran tenaga kesehatan secara mutlak," tambahnya.
Masyarakat tetap harus berkonsultasi dengan tenaga medis apabila mengalami gejala sakit.
"Teknologi tersebut tidak mengetahui secara langsung situasi yang dialami penanya. Jadi, hanya memberikan jawaban secara umum," pungkasnya.

Tiga Kontraktor Segel Stadion Utama Sumut Gara-gara Pembayaran Rp677 Juta Tertunggak

Bentuk dan Kualitas Rumah Menentukan Nilai Jual Properti, Kenyamanan, dan Kesehatan

Indonesia Kejar Proses Pindah Warganegara dan Perindahan Federasi 3 Pemain Keturunan Lagi Jelang Hadapi Australia

Kulit Kusam dan Kering Saat Puasa? Ini Tips Dokter Kulit untuk Jaga Kelembaban

Pakar Hukum Nilai Putusan MK Soal Pilkada Serang Dikritik, Dinilai Aneh dan Janggal
