Kesalahan Umum Pemula di Gym: Antara Gaya Hidup, Trend, dan Pentingnya Latihan yang Tepat

Kitakini.com -Fenomena berolahraga di pusat kebugaran atau gym kini semakin marak. Tak hanya menjadi bagian dari gaya hidup sehat, bagi sebagian orang, gym juga telah menjadi bagian dari tren sosial yang dikaitkan dengan penampilan dan eksistensi di media sosial. Namun di balik antusiasme yang tinggi, banyak pemula justru terjebak dalam pola latihan yang keliru.
Baca Juga:
kesalahanMenurut Asad Husain, pelatih kebugaran sekaligus CEO dan Pendiri OddsFitness, banyak orang datang ke gym tanpa pemahaman yang memadai. Dalam keterangannya yang dilansir dari berbagai sumber pada Senin (14/4/2025), ia menyebut lima kesalahan besar yang kerap dilakukan pemula saat pertama kali memasuki dunia gym.
Salah satu kesalahan terbesar adalah melakukan latihan secara berlebihan tanpa perencanaan yang matang. Banyak pemula yang ingin terlihat aktif dan sibuk, namun lupa bahwa efektivitas latihan justru bergantung pada strategi dan konsistensi.
"Kebanyakan orang berlatih tanpa rencana, atau lebih fokus terlihat sibuk daripada berlatih dengan cerdas. Lalu mereka heran mengapa tubuh mereka tidak berubah," ujar Husain.
Ini mengindikasikan kurangnya pemahaman terhadap prinsip SMART—yaitu menetapkan tujuan yang Spesifik, Measurable (terukur), Achievable (dapat dicapai), Relevant (relevan), dan Time-bound (terikat waktu). Tanpa tujuan yang jelas dan realistis, latihan akan terasa sia-sia, cepat membuat lelah, dan memicu frustrasi.
Kesalahan kedua adalah memaksakan diri terlalu keras di hari-hari awal. Banyak pemula mencoba melakukan berbagai jenis latihan sekaligus—mulai dari angkat beban, kardio, latihan otot perut, hingga HIIT (High-Intensity Interval Training)—dalam satu sesi.
Akibatnya, tubuh mengalami kelelahan ekstrem, bahkan nyeri otot berkepanjangan selama beberapa hari. Hal ini bukan hanya menurunkan motivasi, tetapi juga bisa meningkatkan risiko cedera.
"Anggaplah bulan pertama sebagai proses membangun fondasi, bukan ajang untuk bersikap agresif," saran Husain.
Kesalahan ketiga adalah kurangnya fokus akibat terlalu banyak bersosialisasi di gym. Meski suasana gym sering kali ramah dan interaktif, terlalu banyak berbincang, bermain ponsel, atau sekadar terlihat sibuk tanpa benar-benar berlatih justru menghambat progres.
Husain menekankan pentingnya mengelola waktu istirahat di sela latihan dan menjaga fokus penuh pada pelaksanaan gerakan. Ia menyebut kebiasaan ini sebagai bentuk "malas sosial", di mana seseorang cenderung menurunkan performa karena terpengaruh suasana sekitar yang tidak produktif.
Kesalahan keempat yang tak kalah penting adalah mengabaikan pemanasan dan pendinginan. Banyak pemula langsung melompat ke latihan inti tanpa mempersiapkan tubuh terlebih dahulu. Padahal, pemanasan dinamis selama 5–10 menit, seperti squat ringan, lunge, dan gerakan rotasi lengan, sangat penting untuk mengaktifkan otot dan melindungi sendi dari cedera.
Begitu juga dengan pendinginan. Peregangan ringan atau latihan mobilitas setelah sesi latihan berfungsi mempercepat pemulihan, mengurangi rasa nyeri keesokan harinya, dan menjaga fleksibilitas otot.
"Ini bukan hanya soal fleksibilitas, tapi bagian dari latihan cerdas," tegas Husain.
Melalui penjelasan ini, penting bagi siapa pun yang baru memulai perjalanan kebugaran untuk menyadari bahwa kualitas latihan jauh lebih penting daripada sekadar kuantitas. Gym bukan sekadar tempat untuk mengejar tren atau pamer aktivitas, tapi ruang pembelajaran, disiplin, dan pencapaian kesehatan jangka panjang.
Dengan pendekatan yang benar, latihan fisik tidak hanya membuat tubuh lebih kuat dan sehat, tetapi juga membentuk karakter dan mental yang tangguh. Maka dari itu, bagi para pemula, berlatihlah dengan cerdas, bukan keras.