Turki Lakukan Restorasi Besar-Besaran Hagia Sophia Demi Lindungi Warisan Dunia dari Ancaman Gempa

Menurut laporan yang dihimpun dari berbagai sumber, Rabu (16/4/2025), restorasi ini telah berlangsung selama tiga tahun dan menyentuh banyak aspek arsitektural penting Hagia Sophia, termasuk kubah utama dan menara masjid. Proyek ini dipimpin oleh Dr. Mehmet Selim Okten, seorang insinyur konstruksi dan dosen dari Universitas Mimar Sinan, yang menjelaskan bahwa restorasi kali ini merupakan yang paling signifikan dalam lebih dari 150 tahun terakhir.
Baca Juga:
Upaya ini bukan sekadar mempercantik tampilan Hagia Sophia, tetapi juga memperkuat strukturnya dari risiko gempa bumi, terutama mengingat posisi Istanbul yang dekat dengan garis patahan aktif. Turki pun tidak tinggal diam menyikapi ancaman tersebut, mengingat gempa besar yang mengguncang wilayah selatan negara itu pada 2023, menewaskan lebih dari 53.000 orang dan menghancurkan ratusan ribu bangunan.
"Kami telah menyelesaikan pekerjaan pada empat menara dan struktur utama, dan sekarang fokus pada kubah ikonik. Kami akan menggunakan material modern yang ringan, namun tetap mempertahankan nilai historis bangunan," ungkap Dr. Okten. Ia juga menambahkan bahwa selama proses restorasi berlangsung, jamaah tetap dapat menjalankan ibadah di dalam masjid tanpa gangguan.
Hagia Sophia sendiri merupakan bangunan yang menyimpan jejak peradaban panjang. Dibangun oleh Kaisar Bizantium Justinian I pada tahun 537 Masehi, bangunan ini awalnya merupakan gereja terbesar di dunia selama hampir seribu tahun. Setelah penaklukan Istanbul oleh Kekaisaran Ottoman pada 1453, Hagia Sophia diubah menjadi masjid, lalu menjadi museum pada 1934 atas keputusan Mustafa Kemal Ataturk, pendiri Republik Turki modern. Namun, pada tahun 2020, keputusan tersebut dibatalkan oleh pengadilan administratif tertinggi, dan Hagia Sophia kembali berfungsi sebagai masjid.
Kini, restorasi ini menjadi tonggak penting dalam menjaga warisan sejarah global. Selain memperkuat struktur fisik bangunan, restorasi ini juga menjadi upaya edukatif dan transparan. Prosesnya akan terbuka untuk umum dan para akademisi, memungkinkan masyarakat dan dunia internasional untuk memantau tahap demi tahap pelestarian secara langsung.
"Dengan menutup bagian atas struktur menggunakan sistem rangka pelindung, kami bisa bekerja lebih aman dan menganalisis setiap lapisan bangunan secara akademis. Termasuk meneliti bekas kerusakan akibat kebakaran dan gempa yang terjadi pada abad ke-10 dan ke-14," jelas Okten.
Langkah Turki ini menggarisbawahi pentingnya kesadaran budaya dan mitigasi bencana dalam menjaga situs-situs warisan dunia. Lebih dari sekadar bangunan, Hagia Sophia adalah simbol toleransi, sejarah panjang peradaban manusia, dan dedikasi terhadap warisan budaya global yang tak ternilai harganya.

Gempa M 7,7 di Myanmar Tewaskan 20 Orang, Junta Minta Bantuan Internasional

Polrestabes Medan Kerahkan 1.673 Personel Amankan Hari Raya Idul Fitri 1446 H

Malam Ini Kapolri Gelar Safari Ramadhan di Medan, Berikut Agendanya!!!

Tradisi Unik Bubur Sup Takjil di Masjid Raya Al Mashun Medan, Warisan Kesultanan Deli yang Tetap Lestari

Warga Padangsidimpuan Minta Ramadhan Fair Tak Ganggu Ibadah Jamaah Masjid
